Selasa, 27 November 2007

"BERITA DUKA"

"inna lillahi wa inna ilaihi raji’un"

Senin 26 Nopember 2007,,,Langit nan cerah menyapa kota jakarta.
Ruang kerja yang sunyi senyap tiba-tiba terdengar suara nada sms yang berasal dari Handphone kepunyaan ana,
tiada sangka tiada duga kabar yang ana terima dari sms tersebut begitu mengejutkan, terhenyak diri ini dibuatnya, tiba-tiba air mata ini menetes tanpa disadari, Salah satu sumber ilmu kita telah meniggalkan kita untuk selamanya. Ustadz Armen Halim Naro,Lc Rahimallah telah meninggal dunia, pada hari Senin 26 Nopember 2007 pada pukul 09.00 WIB, di Rumah Beliau Pekan Baru - Riau akibat sakit jantung yang di deritanya.

Tiada henti rasanya air mata ini mengalir,,,
Ya Allah,,,, bukan tiada ridho diri ini untuk menerima keputusan yang telah engkau tetapkan,,
Akan tetapi rasa harap dan memohan agar Engkau melapangkan kuburnya dan memberikan kenikmatan serta kesejahtraan hingga akherat kelak,,,,!

inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, Allahuma jurnii fi musibatii wakhluf liya khairan minhaa (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan gantikanlah untukku dengan yang lebih baik daripadanya). Niscaya Allah akan memberinya pahala karena musibah itu dan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik." (HR. Muslim 3/37-38).

Mengapa Harus Salafi

Judul: Mengapa harus Salafi ?Kategori: Manhaj SalafDitulis Oleh: Abu Abdirrahman bin Thoyyib as-Salafi

Mengapa harus Salafi ?Sering kita mendengar pro dan kontra tentang istilah Salafi atau Salafiyah. Tapi seorang muslim yang bijak tidak akan mungkin mau memonis sesuatu, ini salah atau benar kecuali berlandaskan ilmu dan bukti yang nyata. Allah ta'ala berfirman : " Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al-Isro' : 36) Imam Bukhori rahimahullah membuat suatu bab dalam shohihnya dengan judul "Ilmu itu sebelum berbicara dan berbuat". Oleh karena itulah mari kita pelajari hal-hal berikut ini :- Asal kata "Salaf" dan "Salafi" dalam bahasa arab :Salaf secara bahasa artinya orang yang mendahului kita dengan ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan. Ibnu Mandzur berkata dalam arab 9/159 : "Salaf adalah orang yang mendahuluimu dari nenek moyang serta kerabatmu yang lebih diatasmu baik dari usia maupun keutamaan. Oleh karenanya generasi pertama umat ini dari kalangan tabi'in dinamakan salafush sholeh." Makna seperti diatas ini pernah dipakai oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika berkata kepada putri beliau Fatimah rodhiyallhu 'anha :Artinya : "Sebaik-baik pendahulu bagimu adalah aku" (HR.Muslim)Adapun secara harfiah/istilah, salaf berarti para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in dan yang mengikuti mereka dengan baik. Berkata Al-Qolsyaani dalam Tahriirul maqoolah min syarhil risalah : "Salafush sholeh adalah generasi pertama yang kokoh keilmuannya, yang mengikuti petunjuk Nabi shallallahu alaihi wasallam serta yang menjaga sunnah beliau. Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya serta untuk menegakkan agama-Nya. Para imam (kaum muslimin) ridho dengan mereka dan mereka telah berjuang di jalan Allah dengan sebenarnya, menyeru umat dan memberi manfaat kepada mereka serta mereka kerahkan jiwa mereka dalam rangka meraih keridhoan Allah.Allah telah memuji mereka dalam Al-Qur'an : Artinya "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka" (QS. Al-Fath : 29).Firman Allah yang lain :Artinya " (Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hasyr : 8). Di dalam ayat ini Allah menyebutkan orang-orang Muhajirin dan Anshor serta Allah puji para pengikut mereka dan Allah ridho dengan yang datang setelah mereka. Dan Allah mengancam orang-orang yang menyelisihi mereka serta memilih selain jalan mereka dengan adzab. Allah berfirman :Artinya " Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. " (QS. An-Nisa' : 115) Maka wajib mengikuti mereka serta menelusuri jejak mereka dan memohonkan ampun untuk mereka. Allah berfirman : Artinya " Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". " (QS. Al-Hasyr : 10)."(Lihat kitab "Limaadza ikhtartu al-manhaj as-Salafi" hal.30-31 oleh Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali hafidzahullahu)Adapun istilah Salafi atau Salafiyah adalah nisbat kepada salaf. Jadi arti Salafi itu sendiri adalah orang yang menapaki jejak salaf dan yang mengikuti petunjuk mereka. Berkata Abdul Karim As-Sam'ani : "Salafi adalah nisbat kepada salaf dan menelusuri jalan mereka". (Al-Ansaab 7/104)Lajnah Daimah mengatakan : "Salafiyah adalah nisbat kepada salaf dan salaf itu adalah para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam serta para imam petunjuk dari tiga generasi Islam yang pertama radhiyallhu 'anhum yang telah dipuji oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabda beliau :Artinya : "Sebaik-baik generasi adalah generasiku (sahabat) kemudian setelah mereka (tabi'in) kemudian setelah mereka (Tabi'ut tabi'in)" (HR.Bukhori, Muslim dan Ahmad). Salafiyun jamak dari Salafi yang merupakan nisbat kepada salaf yang artinya orang-orang yang berjalan diatas manhaj salaf dengan mengikuti Al-Qur'an dan sunnah serta berdakwah kepada keduanya dan mengamalkannya, maka mereka itulah yang disebut sebagai ahlu sunnah wal jama'ah". (Al-Lajnah Ad-daaimah lil buhust al-ilmiyah no.1361.)Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata : "Sesungguhnya salaf adalah generasi pertama dan yang mulia dari umat ini. Barangsiapa yang mengikuti jejak mereka dan berjalan diatas metode mereka maka dialah Salafi dan barangsiapa yang menyelisihi mereka maka dia adalah al-kholaf". (Lihat ta'liq Syaikh Hamd At-Tuweijiri terhadap kitab Aqidah Hamawiyah hal.203)Syaikh Sholeh bin Abdullah Al-'Abud hafidzahullahu- berkata :"Yang dimaksud dengan Salafiyah adalah mengikuti jejak salafush sholeh dari umat ini yang mereka adalah ahlu sunnah wal jama'ah. Maka hal ini berarti ijma' yang bisa dijadikan hujjah/sandaran, karena mereka berada diatas sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam secara lahir maupun batin dan mengikuti jalannya para muhajirin dan anshor serta yang mengikuti mereka dengan baik." (Aqidatusy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyah hal.195.)- Dalil-dalil wajibnya mengikuti salafMengikuti manhaj salaf bukanlah suatu hal yang mustahab (bila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mengapa), tapi mengikuti jejak mereka dalam segala bidang baik aqidah, ibadah, dakwah, jihad, muamalah, akhlak dan lain-lain adalah suatu kewajiban bagi yang menginginkan hidayah dan keselamatan didunia dan diakhirat. 1- Allah ta'ala berfirman :Artinya " Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. " (QS. At-Taubah : 100)Didalam ayat ini Allah memuji orang-orang yang mengikuti jejak salaf dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan di dalamnya terdapat perintah akan wajibnya mengikuti mereka, karena keridhoan Allah tidak mungkin bisa diraih melainkan hanya dengan mengikuti mereka.2- Allah ta'ala berfirman :" Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. " (QS. An-Nisa' : 115) lihat penjelasan Al-Qolsyaani tentang ayat ini diatas.3- Allah ta'ala berfirman :Artinya "Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqoroh : 137)Allah menyebutkan dalam ayat ini bahwa hidayah itu hanya bisa diperoleh lewat jalannya para sahabat r.anhum. Hal ini juga dikatakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Madaarijus saalikin 1/72-73 ketika menjelaskan apa yang dimaksud dengan shirotol mustaqiim dalam surat Al-Fatihah, beliau berkata : "Setiap yang lebih tahu tentang kebenaran dan yang lebih mengikuti kebenaran maka dialah yang lebih berhak mendapatkan shirotol mustaqim. Tidak diragukan lagi bahwa para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih berhak dengan hal ini dari pada RofidhohOleh Karena itulah para salaf mentafsirkan shirotol mustaqim dengan Abu Bakar dan Umar serta para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan tafsir mereka inilah yang benar."4- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits Irbadh bin Sariyah radhiyallahuanhu:Artinya : "Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rosyidin, pegang eratlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian" (HSR.Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lain-lain)5- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Artinya : "Orang-orang Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan orang-orang Nashrani seperti itu juga. Adapun umat ini terpecah menjadi 73 golongan" didalam riwayat lain disebutkan : "Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan dan umatku terpecah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali satu. Para sahabat bertanya : siapa yang (selamat) itu wahai Rasulullah ? beliau menjawab : (Yang mengikuti aku dan para sahabatku)." (HR.Tirmidzi dengan sanad yang hasan)6- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :Artinya : "Ikutilah jejak dua orang sesudahku : Abu Bakar dan Umar" (HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan selainnya).7- Abdullah bin Mas'ud radhiyallahuanhuseorang sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata : "Barangsiapa yang ingin mencari suri tauladan yang baik maka jadikan yang telah meninggal sebagai suri tauladan, karena yang masih hidup tidak bisa dijamin selamat dari fitnah. Mereka adalah para sahabat Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Mereka adalah semulia-mulianya umat ini, yang paling baik hatinya, yang paling mendalam ilmunya, yang paling sedikit berlebih-lebihan. Mereka adalah sekelompok orang yang Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya serta untuk menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah jasa-jasa mereka dan ikuti jejak mereka serta berpegang teguhlah dengan akhlak serta agama mereka karena mereka berada diatas jalan yang lurus". (Syarah Aqidah Thohawiyah 2/546 oleh Ibnu Abil 'Izzi Al-Hanafi.)8- Imam Al-'Auza'i rahimahullah berkata : "Bersabarlah dirimu diatas sunnah, berhentilah sebagaimana mereka berhenti, dan katakanlah seperti apa yang mereka katakan serta cegahlah dari apa yang mereka cegah. Telusurilah jejak salafush sholeh". (Syarhu ushul I'tiqod ahlis sunnah wal jama'ah 1/154 oleh Al-Lalika'i)9- Imam ahlu sunnah wal jama'ah Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata didalam awal kitabnya ushulus sunnah : "Termasuk prinsip aqidah kita adalah berpegang teguh dengan metode para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam serta mengikuti jejak mereka".10- Ibnu Abil 'Izzi rahimahullah berkata : "Mengikuti para sahabat adalah petunjuk sedangkan menyelisihi mereka adalah kesesatan". (Syarah Aqidah Thohawiyah 2/244)- Bolehkah kita memakai istilah Salafi atau Salafiyah ?Allah swt memerintahkan kita untuk bertanya kepada para ahli ilmu/ulama jika kita tidak mengetahui suatu permasalahan, "Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui". (QS. Al-Anbiya' : 7)- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : "Tidak tercela orang yang menampakkan madzhab salaf dan dia menisbatkan diri kepadanya (Maksud menisbatkan tersebut adalah dengan mengatakan "Salafi", wallahu a'lam) serta berbangga dengan madzhab salaf, bahkan wajib menerima hal tersebut menurut kesepakatan karena tidaklah madzhab salaf kecuali benar". (Majmu' fatawa 4/149)- Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata : "Yang dibutuhkan oleh seorang Al-Hafidz (ahli hadits) adalah ketakwaan, kecerdasan, kepandaian dalam bahasa arab dan nahwu, kesucian hati, pemalu serta menjadi Salafi.". (Lihat Siyar A'lamin Nubala' 13/380. Syaikh Salim Bin 'Ied Al-Hilali hafidzahullahu- berkata dalam kaset ceramah beliau Syarah ushulus sunnah oleh Imam Ahmad bahwa Imam Adz-Dzahabi menyebutkan kata-kata Salafi dalam kitab beliau tersebut lebih dari 200 kali)- Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah pernah ditanya : Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang menamakan dirinya Salafi dan Atsari, apakah in termasuk memuji diri ? Beliau menjawab : "Apabila dia benar-benar Atsari atau Salafi maka tidak mengapa. Hal ini seperti yang pernah dikatakan oleh para salaf dahulu : Fulan Salafi, fulan Atsari. Ini termasuk pujian yang harus dan wajib". (Lihat footnote kitab Al-Ajwibah Al-Mufidah 'an as-ilatil manahij al-jadiidah oleh Syaikh Sholeh Al-Fauzan hafidzahullahu- hal.17)- Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah berkata : "Ahlu sunnah wal jama'ah adalah para salaf sampai generasi terakhir. Barangsiapa yang berada diatas jalannya Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya maka dialah Salafi". (Syarah Aqidah Al-Wasithiyah 1/54.)- Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullahu- berkata : "Salafiyah adalah meniti jejak salaf dari kalangan sahabat, tabi'in dan generasi yang utama baik dalam aqidah, pemahaman, dan akhlak. Dan wajib bagi setiap muslim untuk mengikuti jalan mereka". (Al-Ajwibah Al-Mufidah hal.103-104.)- Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid hafidzahullahu- berkata : "Jadilah engkau sebagai seorang Salafi yang menelusuri jejak salafush sholeh dari kalangan sahabat r.anhum dan yang mengikuti mereka dengan baik dalam permasalahan agama ini seperti tauhid, ibadah dan selainnya". (Hilyah tholibil ilmi hal 28 dengan syarah Syaikh Al-Utsaimin.)- Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali hafidzahullahu- berkata : "Salafiyah adalah menisbatkan diri kepada salaf dan ini adalah nisbat terpuji kepada metode yang benar dan bukan membuat madzhab baru". Beliau juga berkata : "Salafiyah adalah Islam yang murni dari percampuran kebudayaan kuno maupun peninggalan kelompok-kelompok sempalan, yang berdasarkan kepada al-Qur'an dan sunnah serta pemahaman salafush sholeh". (Limadza ikhtartu al-manhaj As-Salafi hal.34.)- Ciri-ciri Salafi sejati :Setelah dijelaskan diatas wajibnya mengikuti manhaj salafush sholeh serta disyariatkan/dibolehkannya menamakan diri sebagai Salafi, maka perlu disebutkan disini ciri-ciri utama seorang yang bisa dikatakan sebagai Salafi, ahli sunnah wal jama'ah, al-firqotun najiyah dan thoifah manshuroh (Lihat perinciannya dalam kitab Irsyadul Barriyah ila Syar’iyyatil Intisab Lissalafiyyah oleh Abu Abdissalam Hasan bin Qosim Al-Husaini as-Salafi Hal. 30-58.) : 1- Menjadikan Al-Qur'an dan sunnah sebagai pedoman hidup dalam segala perkara.2- Memahami agama ini sesuai dengan pemahaman para sahabat terutama dalam masalah aqidah.3- Tidak menjadikan akal sebagai landasan utama dalam beraqidah.4- Senantiasa mengutamakan dakwah kepada tauhid ibadah (Seruan hanya Allah satu-satunya Dzat yang berhak disembah).5- Tidak berdebat kusir dengan ahli bid'ah serta tidak bermajlis dan tidak menimba ilmu dari mereka.6- Berantusias untuk menjaga persatuan kaum muslimin serta menyatukan mereka diatas Al-Qur'an dan sunnah sesuai pemahaman salafush sholeh.7- Menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam bidang ibadah, akhlak dan dalam segala bidang kehidupan hingga merekapun terasing.8- Tidak fanatik kecuali hanya kepada Al-Qur'an dan sunnah.9- Memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari kemungkaran.10- Membantah setiap yang menyelisihi syariat baik dia seorang muslim atau non muslim.11- Membedakan antara ketergelinciran ulama ahli sunnah dengan kesesatan para dai-dai yang menyeru kepada bid'ah.12- Selalu taat kepada pemimpin kaum muslimin selama dalam kebaikan, berdoa untuk mereka serta menasehati mereka dengan cara yang baik dan tidak memberontak atau mencaci-maki mereka.13- Berdakwah dengan cara hikmah. (Diantara makna hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Oleh karena itu dakwah tidak selalu dengan lemah lembut tapi terkadang harus dengan sikap tegas dan keras, semuanya disesuaikan dengan keadaan. (Lihat Ad-Dakwah ilallahu oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Min ma'alimil manhaj an-nabawi fid dakwah ilallahu oleh Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr)14- Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama yang bersumberkan kepada Al-Qur'an dan sunnah serta pemahaman salaf, sekaligus meyakini bahwa umat ini tidak akan menjadi jaya melainkan dengan ilmu tersebut.15- Bersemangat dalam menjalankan Tashfiyah (membersihkan Islam dari kotoran-kotoran yang menempel kepadanya seperti syirik, bid'ah, hadits-hadits lemah dan lain sebagainya) dan Tarbiyah (mendidik umat diatas Islam yang murni terutama dalam bidang tauhid).Kesimpulan :1- Wajib mengikuti pemahaman salaf dalam beragama.2- Disyariatkan/dibolehkan menamakan diri Salafi jika memang memiliki ciri-ciri diatas.3- Salafiyah bukan kelompok seperti jama'ah tabligh, ikhwanul muslimin, hizbut tahrir atau yang lainnya yang memiliki pendiri dan tahun pendirian, tapi Salafiyah hanyalah metode yang berlandaskan kepada pemahaman salafush sholeh dari kalangan sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in yang tidak memiliki pemimpin melainkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam4- Manhaj/metode salaf adalah benar, adapun indiidunya bisa salah bisa benar (tidak maksum).5- Istilah Salafi bukan hal baru dalam sejarah Islam.
Maraji':majalah adz-dzakhirah edisi 20

Saatnya Memahami Islam Dengan Benar

dari www.Muslimah.or.id 19 September, 2007 Penyusun: Ummu ‘Abdirrahman
Muroja’ah: Ust. Subhan Khadafi, Lc.Saudariku, ketahuilah sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah
memilihkan Islam sebagai agamamu.“Sesungguhnya agama (yang haq) di sisi Allah adalah Islam.” (QS.
Ali Imron 19)Dan Allah meridhoi Islam, menyempurnakan, dan melengkapinya untukmu agar engkau dapat meraih
tujuan hidupmu yang utama yaitu beribadah kepada Allah.“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah kuridhoi Islam itu sebagai agamamu.” (QS. Al
Maidah 3)
Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah nikmat terbesar dari berbagai nikmat yang Allah berikan kepada umat ini. Yaitu
Allah telah menyempurnakan untuk mereka agama mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan agama yang lain dan
juga tidak membutuhkan nabi selain nabi mereka, Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena
itulah, Allah menjadikan beliau sebagai penutup para nabi dan menjadikannya pula sebagai nabi yang diutus kepada
seluruh manusia dan jin. Maka tidak ada yang halal melainkan apa yang dihalalkannya dan tidak ada yang haram selain
apa yang diharamkannya serta tidak ada agama yang benar kecuali agama yang
disyari’atkannya.”Engkau Bisa Meraih Nikmat IslamDan saudariku, ketahuilah… engkau belum bisa
mendapatkan nikmat Islam dalam hatimu sampai engkau memahaminya dengan benar. Pegangan utama seorang
muslimah dalam memahami Islam adalah mengikuti Al Quran dan hadits. Allah telah menjamin akan menganugerahkan
keistiqomahan kepada orang-orang yang mengikuti Al Quran, sebagaimana disebutkan tentang perkataan jin dalam Al
Quran.“Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan setelah
Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada jalan kebenaran dan kepada jalan yang
lurus.” (QS. Ahqoof: 30)Allah juga menjamin akan memberikan keistiqomahan kepada para pengikut rasul
sholallahu ‘alaihi wassalam yang disebutkan dalam firmanNya,“Sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy Syu’ara: 52)Realita yang Engkau HadapiPada realitanya,
banyak sekali orang yang mengaku ber-ittiba’ (mengikuti) dan memahami Al Quran dan hadits. Sebagaimana
para filosof dan orang-orang sufi mengatakan, “Kami adalah orang yang ber-ittiba’ terhadap Al Quran dan
hadits dan memahaminya.” Para pengikut filsafat memang mengikuti Al Quran dan hadits, akan tetapi mereka
menjadikan nash-nash Al-Qur’an dan hadits tunduk pada tuntutan akal mereka. Dengan demikian mereka
sebenarnya telah meninggalkan Al Quran dan hadits dan menjadikan akal mereka sebagai Tuhan. Para pengikut sufi
juga mengambil Al Quran dan hadits, namun mereka menjadikan nash-nash keduanya tunduk kepada perasaan mereka.
Dengan demikian mereka pun meninggalkan Al Quran dan hadits dan menjadikan perasaan mereka sebagai
Tuhan.Kedua pemahaman tersebut merupakan contoh bahwa perpecahan telah terjadi pada umat Islam menjadi
bergolong-golong. Mengapa umat Islam bisa berpecah belah? Tidak lain hal ini disebabkan manusia bersandar pada
dirinya dalam memahami Al Quran dan hadits. Namun mereka tidak menyadari pemikiran manusia berbeda-beda dan
tidak seragam. Di samping itu, kemampuan manusia dalam memahami Al Quran dan hadits sangat terbatas. Tidak ada
satu akal pun yang sempurna, demikian juga tidak ada seorang pun yang terlepas dari kesalahan. Sehingga jadilah
manusia berpecah-belah sesuai dengan pemikiran mereka masing-masing.Semua pemahaman dari golongan-golongan
tersebut salah adanya selama meraka masih berpegang pada hawa nafsu yang buruk dalam memahami Al Quran dan
hadits, kecuali orang–orang yang Allah berikan petunjuk. Allah mengancam penyelewengan mereka terhadap Al
Quran dan hadits dengan neraka. “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlul
kitab terpecah menjadi 72 golongan dan umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan. 72 golongan di dalam neraka dan
1 golongan berada di surga.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimi, Ath Thabroni, dll.)Ash Shan’ani
rahimahullah berkata, “Penyebutan bilangan dalam hadits itu bukan untuk menjelaskan banyaknya orang yang
celaka dan merugi, akan tetapi untuk menjelaskan betapa luas jalan-jalan menuju kesesatan serta betapa banyak
cabang-cabangnya, sedangakan jalan menuju kebenaran hanya satu.”Dan orang-orang yang berpecah-belah
karena memahami Al Quran dan hadits dengan hawa nafsu mereka yang menyimpang adalah teman-teman setan yang
mengikuti jalan kesesatan.Dari Ibnu Mas’ud berkata, “Pada suatu hari Rasulullah sholallohu ‘alaihi
wassalam membuat sebuah garis lurus dan bersabda: ‘Ini adalah jalan Allah.’ Kemudian beliau membuat
garis-garis lain di kanan kirinya, dan bersabda: ‘Ini jalan-jalan lain dan pada setiap jalan ini terdapat setan yang
menyeru ke jalan-jalan tersebut.’ Beliau lalu membaca (firman Allah ta’ala): ‘Dan sesungguhnya
inilah jalanKu yang lurus. Oleh karena itu, ikutilah. Janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain yang akan memecah belah
kamu dari jalanNya.’” (QS. Al An’am 153)Lalu, Bagaimana Memahami Islam yang Benar ?Setelah
menilik realita yang ada, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua orang yang belajar Al Quran dan hadits
mendapatkan nikmat Islam dalam hatinya. Hal ini memang merupakan hal yang sangat disayangkan. Semua golongangolongan
dalam Islam tidak akan pernah mendapat nikmat Islam karena tidak memahami Al Quran dan hadits dengan
benar. Lalu, bagaimana memahami Islam yang benar?Wahai saudariku, renungkanlah apa yang engkau baca dengan
lisanmu setiap engkau sholat maka engkau akan mendapatan jawabannya. Sesungguhnya Allah berfirman,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat atas mereka.”
(Qs. Al Fatihah: 6-7)Dari sini, engkau mendapatkan jawabannya, saudariku! Bahwa untuk mendapatkan nikmat Islam
adalah memahami Al Quran dan hadits dengan mengikuti orang-orang yang telah terlebih dahulu mendapatkan nikmat
Islam. Siapakah mereka? Ibnul Qoyyyim berkata, “Siapa saja yang lebih mengetahui kebenaran serta istiqomah
mengikutinya maka ia lebih pantas untuk mendapatkan ash shiraathal mustaqiim (jalan yang lurus).”Syaikh Abdul
Malik Ramadhani menjelaskan bahwa manusia yang paling utama yang telah Allah beri nikmat ilmu dan amal adalah
para shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam, karena mereka mendapatkan petunjuk langsung dari Rasul
Assunnah-Qatar.com-Upaya Menebarkan Sunnah
http://assunnah-qatar.com Menggunakan Joomla! Generated: 25 September, 2007, 12:05
shollallahu ‘alaihi wasallam yang mulia. Dengan demikian penafsiran dan pemahaman merekalah yang paling
selamat. Selain itu, mereka adalah generasi terbaik dari umat ini dalam memahami Al Quran dan hadits serta
mengamalkannya.“Sebaik-baik umat ini adalah generasiku, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka,
kemudian orang yang mengikuti mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi/ HR. Bukhori Muslim)Yang dimaksud dengan
generasiku adalah para shahabat beliau. Generasi orang yang mengikuti para shahabat dalam memahami Al Quran dan
hadits adalah tabi’in dan yang mengikuti tabi’in adalah tabi’ut tabi’in.Para shahabat
merupakan kaum yang dipilihkan oleh Allah untuk menemani nabiNya, dan menegakkan agamaNya.Ibnu Mas’ud
berkata, “Sesungguhnya Allah memandang kepada hati para hambaNya. Dia mendapati Muhammad adalah yang
paling baik hatinya. Lalu Allah memilihnya untuk diriNya dan mengutusnya dengan risalahNya. Kemudian Allah kembali
memandang hati hamba-hambaNya yang lain. Dia mendapati para shahabat adalah orang-orang yang paling baik
hatinya setelah beliau shollallahu ‘alaihi wasallam. Allah lalu jadikan mereka sebagai pembantu NabiNya dan
mereka berperang membela agamaNya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad)Dan pemahaman para shahabat sering juga
disebut manhaj salafus sholih (pemahaman pendahulu yang sholih). Wajibnya Berpegang Teguh pada Manhaj Salafus
SholihKetahuilah saudariku bahwa perpecahan umat menjadi bergolong-golong adalah tercela dan dibenci. Allah
ta’ala berfirman:“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (yaitu) orangorang
yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar Ruum: 31-32)Dan meskipun perpecahan tidak
diridhoi oleh Allah, namun hanya sedikit orang yang bisa selamat darinya. Dan tidaklah seseorang selamat dari bencana
ini kecuali orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam.Rasulullah bersabda yang
artinya: “Orang-orang Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan orang-orang Nashrani seperti itu juga.
Adapun umat ini terpecah menjadi 73 golongan.” didalam riwayat lain disebutkan: “Sesungguhnya Bani
Israil terpecah menjadi 72 golongan dan umatku terpecah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali
satu.” Para sahabat bertanya: “Siapa yang (selamat) itu wahai Rasulullah?” beliau menjawab:
“(Yang mengikuti aku dan para sahabatku).” (HR.Tirmidzi dengan sanad yang hasan)Allah hanya
menginginkan kebaikan dari para hambaNya agar hambaNya kembali kepada kampung halamannya, yaitu surga. Oleh
karena itu, diwajibkan atas seorang hamba untuk menyelamatkan diri dari perpecahan dan berpegang teguh pada jalan
Rasulullah dan para sahabatnya. Rasulullah saw bersabda dalam hadits Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu
yang artinya, “Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rosyidin, pegang eratlah sunnah
tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lain-lain)Allah memuji orangorang
yang mengikuti jejak salaf dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan di dalamnya terdapat perintah akan wajibnya
mengikuti mereka, karena keridhoan Allah tidak mungkin bisa diraih melainkan hanya dengan mengikuti mereka.Allah
ta’ala berfirman yang artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungaisungai
di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-
Taubah: 100)Hidayah untuk kembali kepada Allah dan meraih surga hanya bisa diperoleh lewat jalannya para sahabat
radhiyallahu ’anhum.Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Maka jika mereka beriman kepada apa
yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling,
sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh: 137)Allah mengancam orang yang
durhaka kepada Rasulullah dan menyelisihi kaum mukmin pada zamannya (yaitu shohabat) dengan neraka
jahannam.“Barangsiapa yang mendurhakai Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang
bukan jalan kaum mukmin, Kami biarakan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia
ke dalam jahannam, jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115)Ya Allah…
mudahkanlah kami menempuh jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat atas mereka, yaitu orang-orang yang
memeperoleh hidayah dan istiqomah. Bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, yang hati mereka telah rusak
sehingga mereka menyimpang dari kebenaran meskipun telah mengetahuinya. Bukan pula jalan orang-orang yang sesat
yang tidak memiliki dan tidak mau belajar ilmu agama, sehingga mereka terus-menerus dalam kesesatan dan tidak
mendapatkan petunjuk kepada kebenaran. Amiin….Washollallahu ‘ala Nabiyyi Muhammad wa ‘ala
alihi wa Shahbihi wa sallamRujukan:Sittu Duror Landasan Membangun Jalan Selamat karya Syaikh Abdul Malik
Ramadhani
Membedah Akar Bid’ah karya Ali Hasan Al Halabi Al Atsari
Artikel ‘Sudah Saatnya Meniti Manhaj Salaf’ yang merupakan penjelasan Syaikh Salim bin ‘Id Al
Hilali dalam ceramah beliau dalam Majalah As Sunnah edisi 01/Tahun XI/ 1428H/2007M
Artikel ‘Mengapa Harus Salafi?’ karya Abu ‘Abdirrahman bin Toyyib As Salafi dari situs
salafindo.com
Assunnah-Qatar.com-Upaya Menebarkan Sunnah
http://assunnah-qatar.com Menggunakan Joomla! Generated: 25 September, 2007, 12:05

Muqaddimah

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسناوشيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إلهإلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، صل الله عليه وعلي الهوسلم يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون يا أيها الناس اتقواربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالاً كثيراًونساءً واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيباً يا أيها الذين آمنوااتقوا الله وقولوا قولاً سديداً يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطعالله ورسوله فقد فاز فوزاً عظيماً اما بعد فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة

Sesungguhnya segala puji (hanyalah) bagi Allah, kami memujiNya, kami memohon pertolongan kepadaNya, dan kami memohon ampunan (hanyalah) kepadaNya. kami pun berlindung dari keburukan diri-diri kami dan kejelekan amal-amal kami. barangsiapa yang diberi petunjuk Allah maka tiada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan maka tiada yang dapat menberinya petunjuk. aku bersaksi bahwasannya tiada Ilah -yang berhak disembah- kecuali Allah saja, Yang tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan (sekaligus) utusanNya. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada beliau dan keluarganya.Allah berfirman (yang artinya) : "Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan taqwa yang sebenar-benarnya, janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan islam." [Ali Imraan : 102] "Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dair diri yang satu (Adam), dan daripadanya Allah menciptakan isterinya (Hawa); dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan ) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharaah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasikamu." [An-Nisaa' : 1] "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." [Al-Ahzab : 70-71] amma ba'du : sesunggunya sebenar-benar perkataan adalah kalamullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (perkara baru dalam agama) dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat...