Sabtu, 08 Desember 2007

Menunda Nikah, Sebab dan Solusinya

Menikah merupakan sunnah (jalan hidup) para nabi dan rasul ‘alaihimus salam sebagaimana difir-mankan Allah Subhannahu wa Ta'ala ,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (Ar-Ra’d: 38)
Menikah juga merupakan nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya yang dengannya akan diperoleh maslahat dunia dan akhirat, pribadi dan masyarakat, sehingga Allah menjadikannya sebagai salah satu tuntutan syara’.

Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, “Dan kawinkan-lah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan.” (QS. 24:32) Menunda nikah kalau kita perhatikan, kini telah menjadi sebuah fenomena di masyarakat yang cukup menarik perhatian berbagai kalangan. Penundaan tersebut memiliki beberapa sebab, di antaranya ada yang berkaitan dengan keluarga dan masya-rakat, ada pula yang terkait langsung dengan para pemuda dan pemudi sendiri.

Di bawah ini di antara sebab-sebab yang menjadikan para pemuda dan pemudi menunda nikah:

1. Lemahnya Pemahaman Syar’i Tentang Nikah. Seseorang jika tahu bahwa sesuatu itu adalah ibadah, maka segala apa yang dihadapinya akan tampak lebih ringan. Halangan dan rintangan yang ada, meskipun berat akan dihadapi dengan lapang dada dan penuh kesabaran, sehingga urusan menjadi terasa lebih mudah.

Di dalam nikah, terdapat beberapa bentuk ibadah, di antaranya: Untuk menjaga para pemuda dan pemudi dari perbuatan negatif dan dosa dan untuk melahirkan generasi pilihan yang siap beribadah kepada Allah, mendirikan shalat, berpuasa dan berjuang di jalan-Nya.

2. Biaya yang Berlebihan

Angka rupiah yang melambung tinggi untuk biaya nikah terkadang menjadi momok tersendiri bagi para pemuda, sehingga hal itu menjadi beban bagi dirinya dan keluarganya.
Masalah ini biasanya lebih dikarenakan alasan adat, ikut-ikutan, gengsi atau mengikuti trends. Ini semua menyalahi ajaran Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam dan merupakan penghalang bagi pemuda-pemudi untuk menikah.

3. Terikat dengan Studi

Sebagian pemuda ada yang tidak memikirkan nikah sama sekali, kecuali setelah selesai studinya. Bahkan hingga tingkat pasca sarjana atau doktoral di luar negeri, hingga bertahun-tahun. Demikian pula dengan para pemudinya yang kuliah untuk dapat mengejar jenjang akademisnya, hingga mengabaikan masalah pernikahan.

4. Kekeliruan Cara Pandang Terhadap Pemuda Pelamar Ketika ada seorang pemuda melamar gadis maka yang pertama ditanyakan adalah apa pekerjaannya dan berapa penghasilan atau gajinya. Dan karena penghasilan yang kurang besar, banyak para pemuda yang tidak diterima lamarannya, padahal tidak seharusnya demikian.

5. Banyaknya Pengaruh dari Orang Lain.

Baik itu dari tetangga, kerabat, teman atau sesama pemuda, padahal mereka bukanlah orang-orang yang faham ilmu syar’i. Orang-orang tersebut memberikan pertimbangan-pertimbangan yang kurang proporsional sehingga menjadikan lemah dan kendornya semangat untuk menikah.

6. Belum Ketemu yang Didambakan.

Ada sebagian pemuda yang menunda-nunda nikah karena mencari wanita yang betul-betul memenuhi kriteria impiannya, sempurna dari semua segi. Bahkan boleh jadi ada yang membatalkan lamaran karena si wanita tadi kurang tinggi beberapa senti saja. Demikian pula dengan pemudinya yang mendambakan laki-laki yang sempurna dari segala sisi, sehingga setiap ada pemuda yang melamar selalu ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang didambakan.

7. Kurang Adanya Kerja Sama di Masyarakat.

Kerjasama di masyarakat untuk saling memberi informasi pemuda-pemudi yang siap menikah, dirasakan masih kurang.

8. Merebaknya Media yang Merusak Seperti menampilkan acara-acara yang menggambarkan permasalahan-permasalahan rumah tangga, perteng-karan suami istri, antara istri dengan keluarga suami dan lain-lain. Hal ini berpengaruh, ketika seorang pemuda akan melamar, yaitu munculnya persangkaan negatif dan rasa curiga yang berlebihan.

9. Kurangnya Rasa Tanggung Jawab di Kalangan Pemuda.
Tidak adanya keseriusan seorang pemuda di dalam mengemban tang-gung jawab hidup, terkadang meru-pakan penghalang untuk menikah. Mereka merasa amat berat dan lemah menghadapi kehidupan, apalagi kehidupan rumah tangga. Karena mereka tumbuh dan terbiasa dalam kondisi santai, serba enak dan dimanja.

10. Banyaknya Media dan Tempat Hiburan.

Maraknya tempat-tempat hiburan dan tempat-tempat yang merusak, ditambah dengan sarana transportasi dan telekomunikasi yang tidak dimanfaatkan dengan benar menjadikan fitnah tersebar di mana-mana. Maka tak jarang pemuda atau pemudi asyik dan terlena dengan semua itu, sehingga tidak ada perhatian sama sekali terhadap nikah.

11. Budaya Hubungan Pranikah (pacaran) Jika seorang pemuda mengikat hubungan dengan pemudi sebelum menikah, maka pada dasarnya sama saja dengan menjerumuskan diri ke dalam bahaya dan kesulitan. Hal ini juga berdampak kepada si gadis, ketika akan dilamar, maka mungkin dia menolak dengan alasan telah ada hubungan dengan pemuda lain, padahal sebenarnya pemuda tersebut bukanlah apa-apanya.

12. Keberatan Orang Tua terhadap Anak Gadisnya. Terutama jika si anak memiliki penghasilan yang lumayan besar atau ia seorang anak yang berbakti, biasanya si orang tua berat hati melepasnya karena masih ingin mendapat perha-tian atau pelayanan darinya.

SOLUSI
Masalah menunda pernikahan bagi pemuda dan pemudi merupakan masalah yang cukup serius dan memiliki dampak negatif yang amat banyak. Maka sebagai jalan keluarnya dalam kesempatan ini disampaikan beberapa saran kepada masyarakat umum dan lebih khusus para orang tua dan walinya. Diantaranya yaitu:

Memberikan pengarahan secara intensif kepada masyarakat tentang tujuan menikah, kebaikan yang diperoleh, hukum dan adabnya. Hendaknya disampaikan secara sederhana dan dengan bahasa yang mudah. Tujuannya supaya dapat menghilangkan anggapan keliru seputar pernikahan masa muda.

Menyebarluaskan pernikahan para pemuda/pemudi dan memberikan pujian kepada mereka serta orang tuanya.

Senantiasa mengingatkan bahwa usia yang paling utama untuk menikah adalah di masa muda. Alangkah indah jawaban yang disampaikan oleh seseorang ketika ditanya, “Kapan usia yang tepat untuk menikah? Maka ia menjawab, “Kapan selayaknya seseorang itu makan? Maka orang tentu akan menjawab “ketika ia lapar”. Demikian pula ketika seorang remaja telah melewati masa baligh, maka itulah waktu yang sangat pas untuk menikah karena tuntutan kebutuhan fithrah dan sebagai penjagaan dari berbagai perilaku negatif.

Memberikan dorongan dan anjuran kepada para orang tua dan kerabat agar menikahkan putra-putrinya di usia muda serta memperingatkan akan bahaya dan dampak negatif dari menunda-nundanya.

Membiasakan agar tidak bermewah-mewahan di dalam mengadakan walimah, sebab hal ini sering menjadi masalah bagi para pemuda yang ingin menikah. Nabi telah bersabda, ”Adakan walimah meski hanya dengan seekor kambing!” Jelas sekali bahwa walimah tidak harus memaksakan diri dengan sesuatu yang serba mewah.

Mengajak kepada masyarakat agar memberikan keringanan dalam mahar (maskawin).

Senantiasa memberikan dorongan dan anjuran untuk menikah, karena ia merupakan salah satu sunnah Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam.

Hendaknya bagi orang yang memiliki kelebihan dan keluasan harta supaya memberikan bantuan kepada saudara, teman atau kerabatnya yang membutuhkan biaya pernikahan demi untuk menjaga para pemuda dan pemudi dari hal-hal yang negatif. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin-semoga Allah merahmati beliau berdua memperbolehkan penyaluran dana zakat untuk membantu para fakir miskin yang membutuhkan biaya pernikahan khusus untuk membayar mahar dan biaya pernikahan saja.

Menganjurkan para pemuda, baik melalui teman-temannya atau kerabatnya supaya memberikan dorongan untuk menikah. Juga menganjurkan para wali agar bersegera menikahkan putrinya atau para gadis yang berada dalam tanggungannya.

Memberikan kabar gembira bahwa menikah merupakan salah satu sebab dibukanya pintu rizki, sebagaimana disabdakan Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam ,“Tiga orang yang akan dijamin pertolongan dari Allah: Orang menikah karena ingin menjaga diri, mukatib (hamba sahaya yang ingin memerdekakan diri) yang menepati janjinya dan orang yang berperang di jalan Allah.”

Memperingatkan para pemuda untuk tidak menyianyiakan harta dan agama, berfoya-foya dan senang-senang, suka melancong dan menghambur-hamburkan uang. Ingatkan pula bahwa menikah itu tidaklah membutuhkan biaya yang sangat besar, bahkan boleh jadi biaya yang digunakan sekali jalan dalam melancong adalah lebih besar daripada biaya pernikahan.

Bagi yang telah lebih dahulu menikah hendaklah memberikan pengarahan yang logis dengan penuh hikmah kepada para pemuda. Jangan-lah terlalu idealis di dalam memilih pendamping hidup, cukuplah sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam menjadi acuan di dalam hal memilih istri. Beliau mengatakan bahwa wanita dinikahi karena empat hal dan beliau menjadikan yang paling utama adalah yang baik agamanya.

Memperingatkan keluarga dan kerabat agar jangan menunda-nunda pernikahan putri-putrinya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam pernah bersabda kepada shahabat Ali Radhiallaahu anhu, “Tiga perkara wahai Ali, janganlah engkau menunda-nunda,” shalat jika telah masuk waktunya, jenazah bila telah siap dishalatkan, wanita sendirian jika telah ada jodoh-nya.” (HR. Ahmad)

Membentuk keluarga dan ling-kungan yang baik dan islami yang mengerti dan bersungguh-sungguh dengan ajaran Islam. Sehingga dampak-nya adalah akan memberikan dukungan yang besar terhadap berkembangnya ajaran dan sunnah Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam termasuk salah satunya adalah menikah.

Memperingatkan para ibu dan bapak agar bersegera menikahkan putra-putrinya jika telah siap. Karena menundanya terkadang akan memberi-kan dampak negatif berupa penyimpangan moral atau terjadinya hubungan yang diharamkan. Dan sebagai orang tua tentu juga memperoleh dosa akibat kelalaian yang diperbuatnya.

Disadur dariBuletin Alsofwah.

Kamis, 29 November 2007

"SELAMAT JALAN USTADZ"

UNTUKMU DUHAI USTADZ

Dakwah salaf sedang berduka
Ustadz tercinta tlah tiada
Dipanggil dengan begitu segera
Kita percaya sejuta hikmah dibaliknya

Untukmu...Ustadz tercinta........

Nasehatmu bijak penuh pesona
Membuka hati yang terlupa
Tuturmu santun tenangkan jiwa
Laksana mata air di Padang Sahara

Ini bukanlah ratapan atas kepergiannya
Namun pengingat atas jasanya

Mari..jadikan sabar sebagai penolong kita
Niscaya cobaan mudah diterima
Ustadz. Armen memang tlah tiada
Namun dakwah salaf akan tetap jaya

Slamat jalan duhai Ustadz tercinta............

Janji Alloh tidaklah lupa
Akan pahala dan Sorga-NYA
Untuk Hamba-NYA yang bertaqwa

Rabu, 28 November 2007

SUARA HATI SEORANG IKHWAN

“Wanita Suci”
(Suara Hati Seorang Ikhwan untuk Seluruh Wanita Suci di Dunia)


Wanita suci,
Mungkin aku memang tak romantis tapi siapa peduli?
Karena toh kau tak mengenalku dan memang tak perlu mengenalku.
Bagiku kau bunga, tak mampu aku samakanmu dengan bunga terindah sekalipun.
Bagiku manusia adalah makhluk yang terindah, tersempurna dan tertinggi.
Bagiku dirimu salah satu dari semua itu, karenanya kau tak membutuhkan persamaan.

Wanita suci,
Jangan pernah biarkan aku manatapmu penuh, karena akan membuatku mengingatmu.
Berarti memenuhi kepalaku dengan inginkanmu.
Berimbas pada tersusunnya gambarmu dalam tiap dinding khayalku.
Membuatku inginkanmu sepenuh hati, seluruh jiwa, sesemangat mentari.
Kasihanilah dirimu jika harus hadir dalam khayalku yang masih penuh Lumpur.
Karena sesungguhnya dirimu terlalu suci.

Wanita suci,
Berdua menghabiskan waktu denganmu bagaikan mimpi tak berujung.
Ada ingin tapi tak ada henti.
Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu, meski ujung penutupmu pun tak berani kusentuh.
Jangan pernah kalah dengan mimpi dan inginku karena sucimu kaupertaruhkan.
Mungkin kau tak peduli
Tapi kau hanya menjadi wanita biasa di hadapanku bila kau kalah.
Dan tak lebih dari wanita biasa.

Wanita suci,
Jangan pernah kautatapku penuh
Bahkan tak perlu kaulirikkan matamu untuk melihatku.
Bukan karena aku terlalu indah, tapi karena aku seorang yang masih kotor.
Aku biasa memakai topeng keindahan pada wajah burukku, mengenakan pakaian sutra emas.
Meniru laku para rahib, meski hatiku lebih kotor dari Lumpur.
Kau memang suci, tapi masih sangat mungkin kau termanipulasi.
Karena kau toh hanya manusia-hanya wanita.

Wanita suci,
Beri sepenuh diri pada dia sang lelaki suci yang dengan sepenuh hati membawamu kehadapan Tuhanmu.
Untuknya dirimu ada, itu kata otakku, terukir dalam kitab suci, tak perlu dipikir lagi.
Tunggu sang lelaki itu menjemputmu, dalam rangkaian khitbah dan akad yang indah.
Atau kejar sang lelaki suci itu, karena itu adalah hakmu, seperti dicontohkan ibunda Khadijah.
Jangan ada ragu, jangan ada malu, semua terukir dalam kitab suci.


Wanita suci
Bariskan harapanmu pada istikharah sepenuh hati ikhlas.
Relakan Allah pilihkan lelaki suci untukmu, mungkin sekarang atau nanti, bahkan mungkin tak ada sampai kau mati.
Mungkin itu berarti dirimu terlalu suci untuk semua lelaki di fana saat ini.
Mungkin lelaki suci itu menanti di istana kekalmu, yang kaubangun dengan segala kekhusyu'an tangis do'amu.

Wanita suci
Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu pilihan-Nya.
Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah.
Mungkin kebaikan itu bukan pada lelaki yang terpilih itu, melainkan pada jalan yang kaupilih,
seperti kisah seorang wanita saudi di masa lalu yang meminta ke-Islam-an sebagai mahar pernikahannya.
Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi.
Kekasih tempat kita memberi semua cinta dan menerima cinta
dalam setiap denyut nadi kita.

MEMBONGKAR SELUBUNG HIZBUT TAHRIR

Membongkar Selubung Hizbut Tahrir (I)
Penulis: Syaikh 'Abdurrahman Ad Dimasyqiyyah


Selalu ada pergelutan antara al haq dengan al bathil. Dan Allah telah mengirimkan sekelompok orang yang mempergunakan waktunya guna melindungi dan membela Dien ini (yaitu Al Qur'an dan As Sunnah). Di lain pihak, ada orang-orang yang mengaku dan merasa bahwa mereka adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan. Padahal Allah telah berfirman tentang mereka,

"Dan ketika dikatakan pada mereka supaya jangan berbuat kerusakan di muka bumi ini dengan perbuatannya, mereka berkata 'tapi kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan'. Tapi sesungguhnya mereka adalah pembuat kerusakan namun mereka tidak menyadarinya"
(Al Baqarah 11-12)

Mereka adalah orang-orang yang berbahaya, karena mereka menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang melakukan perbaikan padahal kenyataannya mereka adalah perusak agama.

Pada abad ke 20, yang merupakan akhir dari kerajaan 'Ustmani, banyak bermunculan kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi yang mengatasnamakan Islam, yang menyatakan bahwa masuk ke dalam dunia politik atau mengambil cara-cara politik adalah merupakan jalan atau cara terbaik guna menjaga martabat Islam dan umat Islam. Namun mereka tidak menganggap bahwa problem utama dari turunnya martabat Islam adalah kelemahan umat Islam. Kelompok-kelompok ini mendasari pemikiran-pemikirannya dengan berdasarkan pada tekanan-tekanan dan emosional, bukan dengan ilmu (agama), dan mereka tidak berusaha untuk mencari ilmu itu. Tingkah laku mereka semrawut, sehingga dengannya tercipta kekacauan.

Usaha dakwah kepada Tauhid, dakwah kepada Al Qur'an dan As Sunnah tidaklah diambil dalam manhaj mereka, kecuali bila situasi politik memperbaiki keadaan umat. Mereka berkata "simpanlah dulu usaha-usaha dakwah semacam itu di rak-rak kalian sampai situasi politik kita memperbaikinya". Padahal berjuta-juta orang menunggu pada dakwah al haq ini. Tapi mereka hanyalah memprioritaskan dakwah mereka untuk kembali pada khilafah. Sampai-sampai mereka menggantungkan semua hal dan tidak ada yang bisa dilakukan sampai khilafah kembali. Sehingga ketika mereka menyikapi orang-orang kuffar, mereka berkata "biarkan mereka masuk neraka", kenapa mereka berkata demikian? "Karena orang-orang kuffar itu telah merebut tanah-tanah kaum muslimin", menurut mereka. Padahal dakwahnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah demikian. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memprioritaskan dakwah kepada tauhid kepada umat manusia, walaupun nantinya hanya satu orang yang mengikuti beliau.

Sebenarnya banyak dari musuh-musuh Islam yang menjadi pemimpin-pemimpin kaum Muslimin (dikarenakan lemahnya pemahaman umat Islam akan dakwah al haq) , ini seharusnya tidak boleh dilupakan oleh kita. Dan orang-orang kuffar menyadari hal ini, sehingga mereka mendukung misionaris-misionaris agama mereka yang membuka jalan atau kesempatan untuk masuk ke dalam komunitas muslimin. Dan seharusnya kitalah, Umat Islam, yang melakukan hal tersebut, yaitu mendakwahi orang-orang kuffar itu sehingga mereka masuk Islam, yang dengan masuknya ke dalam Islam ini dapat memasukkan dia ke dalam surga dan menyelamatlannya dari neraka. Tapi para "politisi" kita, seperti Hizbut Tahrir dan yang lainnya, tidaklah menganggap hal ini sebagai sesuatu yang harus dipertimbangkan.

Orang-orang (kelompok-kelompok) itu hanyalah berbicara tentang konspirasi-konspirasi yang dilakukan barat, invasi kebudayaan, bagaimana umat Islam diserang oleh kaum kuffar lewat buku-buku, sekolah-sekolah dan lain-lain. Padahal sebenarnya sudah ada jenis invasi lain yang mengambil tempat di tengah-tengah muslimin, yang sudah terjadi mulai berabad-abad yang lampau sampai sekarang, yaitu Sufisme dan Ilmul Kalam. Jenis invasi ini membajak agama yang didalamnya terdapat kesesatan-kesesatan. Malah sekarang orang-orang mengajarkan kesesatan-kesesatan ini di sekolah-sekolah Islam, bahkan ada yang menjadi sarjana di bidang ini dan lain-lain. Maka invasi itu tidak hanya invasi kebudayaan dari barat saja, tapi kita pun harus mengetahui jenis invasi ini.

Hal lain yang harus kita perhatikan adalah mencari sebab-sebab keruntuhan umat. Karena keruntuhan umat itu tidaklah terjadi kecuali disebabkan oleh hal-hal tertentu yang menjadikan kenapa hal ini terjadi. Tapi orang-orang ini berkata "Tidak ada yang salah padamu, ini semua adalah tanggung jawab orang-orang kuffar sehingga semua ini terjadi, karena mereka menolak hukum Allah". Padahal jika kita, umat Islam, pun tidak mematuhi hukum Allah, maka Allah pun mempunyai hukum untuk menghukum kita.

Diantara kelompok-kelompok yang memakai cara-cara politik itu adalah Hizbut Tahrir. Mereka, orang-orang Hizbut Tahrir, ini mempunyai ciri-ciri yang khas dalam setiap pembicaraannya, diantaranya yaitu selalu mendengung-dengungkan masalah khilafah, Adzab Kubur dan Hadits Ahad (maksudnya adalah mereka menolak adanya adzab kubur dan hadits ahad). Itulah ciri-ciri khas dari Hizbut Tahrir. Mereka mengajarkan bahwa hal tersebut adalah merupakan sesuatu yang harus prioritaskan. Mereka berkata "jika kamu tidak berusaha untuk menegakkan khilafah, maka kamu musyrik", apakah mereka berkata demikian? Ya, karena kamu tidak berusaha untuk menegakkan khilafah!!!. Lalu apakah kaum muslimin pada masa kehidupan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di Makkah dan belum hijrah ke Madinah, mereka itu musyrik?

Perlu diperhatikan sebelum kita masuk ke dalam permasalahan yang akan kita bicarakan ini. Hendaknya diingat bahwa hal yang kita lakukan ini adalah dalam rangka perbaikan diri, terutama pada diri-diri kita sendiri. Sebab kita memang membutuhkan koreksi. Oleh karena itu, hanyalah orang-orang yang memerlukan pada perbaikan diri akan mendengarkan (membaca) penjelasan ini, sedangkan orang-orang yang fanatik tidak akan mendengarkan dan menghiraukannya.

Ketika orang-orang sibuk melakukan bantahan terhadap syubhat-syubhat Hizbut Tahrir, ada satu hal yang sering luput untuk diperhatikan dan tidak diketahui oleh mereka. Yaitu tentang aqidah yang dianut pendiri Hizbut Tahrir ini. Pendiri kelompok ini adalah seorang yang beraqidah asy'ariyah maturidiyah, dan dia menyatakan bahwa orang-orang asy'ariyah maturidiyah sebagai Ahlut Tauhid wa Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Ini adalah salah satu yang harus kita bongkar terlebih dahulu dari kelompok ini, bukan hanya membahas permasalahan-permasalahan mereka dalam mengingkari hadits ahad dan adzab kubur atau dakwahnya kepada penegakkan khilafah saja. Mereka mempunyai hal yang lebih sesat dari itu semua, seperti pemakaian ilmul kalam dalam membahas setiap permasalahan agama. Padahal A'imah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seperti Imam Asy Syafi'i dan Imam Abu Hanifah telah membantah ilmul kalam itu. Mereka mencap orang-orang yang mempelajari ilmul kalam itu sebagai mubtadi', yang harus dihukum cambuk dan dimasukkan ke penjara serta ditahdzir.

Pendiri Hizbut Tahrir adalah Taqiyuddin An Nabhani. Dia adalah merupakan salah satu cucu dari Yusuf bin Isma'il An Nabhani, yang dia (Yusuf) ini adalah seorang yang sangat berlebihan pada Sufisme. Yusuf Isma'il mempunyai (mengarang) banyak kitab, diantaranya adalah Jami' Karamatul Awliya'. Kitab ini didalamnya berisi banyak cerita-cerita "yang lucu", salah satunya adalah Ali Al Amali, jika kita membacanya maka kita akan tertawa sekaligus menangis.

Mereka (pengikut Hizbut Tahrir) menggelari Taqiyuddin sebagai mujtahid muthlaq, Apakah kamu pernah mendengarnya? [ya]. Lalu apakah yang mereka katakan tentang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Mereka katakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak seharusnya berijtihad. Apakah kamu pernah mendengar hal ini? Bahwa beliau tidak seharusnya berijtihad?.

Maka kita katakan pada mereka, siapa yang paling sempurna satu sama lain yang berhak untuk melakukan ijtihad? Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ataukah Taqiyuddin? Dia (Taqiyuddin) adalah majhul atau tidak dikenal, dia bukanlah siapa-siapa. Lalu bagaimana hal itu bisa dikatakan? Apakah kalian berpikir bahwa perbuatan kalian ini tidak akan diketahui? Allah memelihara agama-Nya dan barang siapa yang melakukan kedustaan dan kesesatan maka akan disingkapkan kedustaan dan kesesatannya itu dan dia akan dihukum. Pencuri, bagaimana mungkin seseorang menawarkan bid'ah kepada umat dan menyatakan bahwa kebid'ahan itu adalah sunnah, apakah dia tidak sadar dan takut akan dihukum? Allah lah yang akan menghukumnya.

Taqiyuddin lahir di Ijzim, Palestina pada tahun 1909. Kemudian setelah dewasa, dia belajar Universitas Al Azhar sampai lulus. Setelah dia lulus, dia pergi ke Libanon dan Yordania, dan bekerja di universitas Islam sebagai tenaga pengajar sampai akhirnya dia mendirikan Hizbut Tahrir. Dia wafat pada tahun 1977. Dia memiliki (menulis) banyak kitab, seperti Risalatul Arab yang didalamnya terdapat kecenderungan pada nasionalisme, menunjukkan konsepnya tentang nasionalisme dan lain-lain. Walaupun dia menyatakan menarik kembali konsepnya itu, namun yang nyata bagi kami, dia tidak secara tegas menyatakan hal tersebut di kitab-kitabnya yang terakhir. Karena kitab Risalatul Arab merupakan salah satu kitab pertama yang dia tulis.

Aqidahnya, seperti yang telah disinggung sebelumnya, adalah maturidiyah yang merupakan sebuah pemahaman sebuah firqah yang dinisbahkan pada Abu Manshur Al Maturidi, yang memiliki kesesatan yang lebih daripada Asy'ariyah. Dia menyebut a'imah dari firqah tersebut sebagai "Ahlus Sunnah wal Jama'ah".

Dalam salah satu tulisannya, yang didalamnya terdapat pernyataan yang sebenarnya adalah merupakan imitasi dari perkataannya Ar Razi (seorang tokoh dari ahlul kalam). Dia berkata bahwa kita tidak bisa menerima Al Qur'an sampai terpenuhinya 10 syarat, dan salah satu syaratnya itu adalah Al Qur'an itu harus disesuaikan dengan 'aql. Ini merupakan perkataannya Ar Razi.

Dia juga menulis dalam kitabnya Asy Syakhsiyyah Al Islamiyyah III/132, yang tulisannya membuktikan akan ke-maturidiyah-annya dan ke-asy'ariyah-annya. Dia men-ta'wilkan beberapa sifat Allah, seperti tangan Allah yang dia artikan sebagai kekuatan atau kekuasaan. Padahal kita temukan dalam kitab Syarhul Fiqhul Akbar Abu Hanifah halaman 33, disitu dikatakan bahwa tidak boleh untuk men-ta'wilkan tangan Allah sebagai kekuatan atau kekuasaan. Dan juga dalam kitab Tabyin Khadibul Muftari halaman 150, disana terdapat perkataan dari Imam Asy'ari (Abul Hasan Al Asy'ari) sendiri bahwa tidak boleh menyatakan atau meng-qiyaskan tangan Allah itu sehingga artinya adalah kekuatan atau kekuasaan. Sebab itu adalah perkataannya Mu'tazilah, salah satu firqah yang paling sesat.

Jika kita membuka kitab Syarh Ushulul Khomsah Al Mu'tazilah halaman 228, disana akan ditemukan perkataan salah satu imam dari mu'tazilah yaitu Al Qadhi 'Abdul Jabbar, yang berkata bahwa manhaj "ahlus sunnah" adalah meyakini bahwa tangan Allah itu maksudnya adalah kekuasaan atau kekuatan.

Maka permasalahan inilah yang harus kita bahas terlebih dahulu, janganlah kita berbicara tentang syubhat-syubhat mereka tentang khilafah, hadits ahad, atau 'adzab kubur, tapi mari kita bahas tentang at ta'wil yang mereka lakukan.

Imam Abu Ja'far Ath Thahawi (penulis kitab Aqidah Thahawiyah) mengatakan bahwa ta'wil yang terbaik adalah meninggalkan ta'wil dan hanya mencukupkan pada nash (Al Qur'an dan As Sunnah) dan apa yang ada (disepakati) oleh Jama'atul Muslimin. Lalu, bagaimana bisa mereka, tukang ta'wil, dikatakan sebagai Ahlus Sunnah Wal Jama'ah padahal ucapan mereka bertolak belakang dengan ucapan Imam Ath Thahawi. Dan banyak lagi kesesatan lainnya.
Bersambung ke Membongkar Selubung Hizbut Tahrir (II)

(Dikutip dari terjemahan Membongkar Selubung Hizbut Tahrir, tulisan Syaikh 'Abdurrahman Ad Dimasyqiyyah. Url asli www.salafipublications.com Article #GRV0300)

HUKUM MENDENGARKAN MUSIK DAN LAGU SERTA MENGIKUTI SINETRON

Oleh
Syaikh Muhamamd bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan
Syaikh Muhamamd bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa hukum mendengarkan musik dan lagu ? Apa hukum
menyaksikan sinetron yang di dalamnya terdapat para wanita pesolek ?
Jawaban
Mendengarkan musik dan nyanyian haram dan tidak disangsikan keharamannya. Telah diriwayatkan oleh para
sahabat dan salaf shalih bahwa lagu bisa menumbuhkan sifat kemunafikan di dalam hati. Lagu termasuk
perkataan yang tidak berguna. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.
Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan― [Luqman : 6]
Ibnu Mas’ud dalam menafsirkan ayat ini berkata : “Demi Allah yang tiada tuhan selainNya, yang
dimaksudkan adalah lagu―.
Penafsiran seorang sahabat merupakan hujjah dan penafsirannya berada di tingkat tiga dalam tafsir, karena
pada dasarnya tafsir itu ada tiga. Penafsiran Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an, Penafsiran
Al-Qur’an dengan hadits dan ketiga Penafsiran Al-Qur’an dengan penjelasan sahabat. Bahkan
sebagian ulama menyebutkan bahwa penafsiran sahabat mempunyai hukum rafa’ (dinisbatkan kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Namun yang benar adalah bahwa penafsiran sahabat tidak mempunyai
hukum rafa’, tetapi memang merupakan pendapat yang paling dekat dengan kebenaran.
Mendengarkan musik dan lagu akan menjerumuskan kepada suatu yang diperingatkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya.
“Artinya : Akan ada suatu kaum dari umatku menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat musik―
Maksudnya, menghalalkan zina, khamr, sutera padahal ia adalah lelaki yang tidak boleh menggunakan sutera,
dan menghalalkan alat-alat musik. [Hadits Riwayat Bukhari dari hadits Abu Malik Al-Asy’ari atau Abu
Amir Al-Asy’ari]
Berdasarkan hal ini saya menyampaikan nasehat kepada para saudaraku sesama muslim agar menghindari
mendengarkan musik dan janganlah sampai tertipu oleh beberapa pendapat yang menyatakan halalnya lagu
dan alat-alat musik, karena dalil-dalil yang menyebutkan tentang haramnya musik sangat jelas dan pasti.
Halaman 1
almanhaj.or.id
Sedangkan menyaksikan sinetron yang ada wanitanya adalah haram karena bisa menyebabkan fitnah dan
terpikat kepada perempuan. Rata-rata setiap sinetron membahayakan, meski tidak ada wanitanya atau wanita
tidak melihat kepada pria, karena pada umumnya sinetron adalah membahayakan masyarakat, baik dari sisi
prilakunya dan akhlaknya.
Saya memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjaga kaum muslimin dari keburukannya dan
agar memperbaiki pemerintah kaum muslimin, karena kebaikan mereka akan memperbaiki kaum muslimin.
Wallahu a’lam.
[Fatawal Mar’ah 1/106]
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita,
Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan Penerbitan Darul Haq. Penerjemah Amir Hamzah Fakhrudin]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1668&bagian=0
(taken from http://almanhaj.or.id)
Halaman 2

Selasa, 27 November 2007

"BERITA DUKA"

"inna lillahi wa inna ilaihi raji’un"

Senin 26 Nopember 2007,,,Langit nan cerah menyapa kota jakarta.
Ruang kerja yang sunyi senyap tiba-tiba terdengar suara nada sms yang berasal dari Handphone kepunyaan ana,
tiada sangka tiada duga kabar yang ana terima dari sms tersebut begitu mengejutkan, terhenyak diri ini dibuatnya, tiba-tiba air mata ini menetes tanpa disadari, Salah satu sumber ilmu kita telah meniggalkan kita untuk selamanya. Ustadz Armen Halim Naro,Lc Rahimallah telah meninggal dunia, pada hari Senin 26 Nopember 2007 pada pukul 09.00 WIB, di Rumah Beliau Pekan Baru - Riau akibat sakit jantung yang di deritanya.

Tiada henti rasanya air mata ini mengalir,,,
Ya Allah,,,, bukan tiada ridho diri ini untuk menerima keputusan yang telah engkau tetapkan,,
Akan tetapi rasa harap dan memohan agar Engkau melapangkan kuburnya dan memberikan kenikmatan serta kesejahtraan hingga akherat kelak,,,,!

inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, Allahuma jurnii fi musibatii wakhluf liya khairan minhaa (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan gantikanlah untukku dengan yang lebih baik daripadanya). Niscaya Allah akan memberinya pahala karena musibah itu dan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik." (HR. Muslim 3/37-38).

Mengapa Harus Salafi

Judul: Mengapa harus Salafi ?Kategori: Manhaj SalafDitulis Oleh: Abu Abdirrahman bin Thoyyib as-Salafi

Mengapa harus Salafi ?Sering kita mendengar pro dan kontra tentang istilah Salafi atau Salafiyah. Tapi seorang muslim yang bijak tidak akan mungkin mau memonis sesuatu, ini salah atau benar kecuali berlandaskan ilmu dan bukti yang nyata. Allah ta'ala berfirman : " Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al-Isro' : 36) Imam Bukhori rahimahullah membuat suatu bab dalam shohihnya dengan judul "Ilmu itu sebelum berbicara dan berbuat". Oleh karena itulah mari kita pelajari hal-hal berikut ini :- Asal kata "Salaf" dan "Salafi" dalam bahasa arab :Salaf secara bahasa artinya orang yang mendahului kita dengan ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan. Ibnu Mandzur berkata dalam arab 9/159 : "Salaf adalah orang yang mendahuluimu dari nenek moyang serta kerabatmu yang lebih diatasmu baik dari usia maupun keutamaan. Oleh karenanya generasi pertama umat ini dari kalangan tabi'in dinamakan salafush sholeh." Makna seperti diatas ini pernah dipakai oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika berkata kepada putri beliau Fatimah rodhiyallhu 'anha :Artinya : "Sebaik-baik pendahulu bagimu adalah aku" (HR.Muslim)Adapun secara harfiah/istilah, salaf berarti para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in dan yang mengikuti mereka dengan baik. Berkata Al-Qolsyaani dalam Tahriirul maqoolah min syarhil risalah : "Salafush sholeh adalah generasi pertama yang kokoh keilmuannya, yang mengikuti petunjuk Nabi shallallahu alaihi wasallam serta yang menjaga sunnah beliau. Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya serta untuk menegakkan agama-Nya. Para imam (kaum muslimin) ridho dengan mereka dan mereka telah berjuang di jalan Allah dengan sebenarnya, menyeru umat dan memberi manfaat kepada mereka serta mereka kerahkan jiwa mereka dalam rangka meraih keridhoan Allah.Allah telah memuji mereka dalam Al-Qur'an : Artinya "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka" (QS. Al-Fath : 29).Firman Allah yang lain :Artinya " (Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hasyr : 8). Di dalam ayat ini Allah menyebutkan orang-orang Muhajirin dan Anshor serta Allah puji para pengikut mereka dan Allah ridho dengan yang datang setelah mereka. Dan Allah mengancam orang-orang yang menyelisihi mereka serta memilih selain jalan mereka dengan adzab. Allah berfirman :Artinya " Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. " (QS. An-Nisa' : 115) Maka wajib mengikuti mereka serta menelusuri jejak mereka dan memohonkan ampun untuk mereka. Allah berfirman : Artinya " Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". " (QS. Al-Hasyr : 10)."(Lihat kitab "Limaadza ikhtartu al-manhaj as-Salafi" hal.30-31 oleh Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali hafidzahullahu)Adapun istilah Salafi atau Salafiyah adalah nisbat kepada salaf. Jadi arti Salafi itu sendiri adalah orang yang menapaki jejak salaf dan yang mengikuti petunjuk mereka. Berkata Abdul Karim As-Sam'ani : "Salafi adalah nisbat kepada salaf dan menelusuri jalan mereka". (Al-Ansaab 7/104)Lajnah Daimah mengatakan : "Salafiyah adalah nisbat kepada salaf dan salaf itu adalah para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam serta para imam petunjuk dari tiga generasi Islam yang pertama radhiyallhu 'anhum yang telah dipuji oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabda beliau :Artinya : "Sebaik-baik generasi adalah generasiku (sahabat) kemudian setelah mereka (tabi'in) kemudian setelah mereka (Tabi'ut tabi'in)" (HR.Bukhori, Muslim dan Ahmad). Salafiyun jamak dari Salafi yang merupakan nisbat kepada salaf yang artinya orang-orang yang berjalan diatas manhaj salaf dengan mengikuti Al-Qur'an dan sunnah serta berdakwah kepada keduanya dan mengamalkannya, maka mereka itulah yang disebut sebagai ahlu sunnah wal jama'ah". (Al-Lajnah Ad-daaimah lil buhust al-ilmiyah no.1361.)Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata : "Sesungguhnya salaf adalah generasi pertama dan yang mulia dari umat ini. Barangsiapa yang mengikuti jejak mereka dan berjalan diatas metode mereka maka dialah Salafi dan barangsiapa yang menyelisihi mereka maka dia adalah al-kholaf". (Lihat ta'liq Syaikh Hamd At-Tuweijiri terhadap kitab Aqidah Hamawiyah hal.203)Syaikh Sholeh bin Abdullah Al-'Abud hafidzahullahu- berkata :"Yang dimaksud dengan Salafiyah adalah mengikuti jejak salafush sholeh dari umat ini yang mereka adalah ahlu sunnah wal jama'ah. Maka hal ini berarti ijma' yang bisa dijadikan hujjah/sandaran, karena mereka berada diatas sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam secara lahir maupun batin dan mengikuti jalannya para muhajirin dan anshor serta yang mengikuti mereka dengan baik." (Aqidatusy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyah hal.195.)- Dalil-dalil wajibnya mengikuti salafMengikuti manhaj salaf bukanlah suatu hal yang mustahab (bila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mengapa), tapi mengikuti jejak mereka dalam segala bidang baik aqidah, ibadah, dakwah, jihad, muamalah, akhlak dan lain-lain adalah suatu kewajiban bagi yang menginginkan hidayah dan keselamatan didunia dan diakhirat. 1- Allah ta'ala berfirman :Artinya " Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. " (QS. At-Taubah : 100)Didalam ayat ini Allah memuji orang-orang yang mengikuti jejak salaf dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan di dalamnya terdapat perintah akan wajibnya mengikuti mereka, karena keridhoan Allah tidak mungkin bisa diraih melainkan hanya dengan mengikuti mereka.2- Allah ta'ala berfirman :" Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. " (QS. An-Nisa' : 115) lihat penjelasan Al-Qolsyaani tentang ayat ini diatas.3- Allah ta'ala berfirman :Artinya "Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqoroh : 137)Allah menyebutkan dalam ayat ini bahwa hidayah itu hanya bisa diperoleh lewat jalannya para sahabat r.anhum. Hal ini juga dikatakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Madaarijus saalikin 1/72-73 ketika menjelaskan apa yang dimaksud dengan shirotol mustaqiim dalam surat Al-Fatihah, beliau berkata : "Setiap yang lebih tahu tentang kebenaran dan yang lebih mengikuti kebenaran maka dialah yang lebih berhak mendapatkan shirotol mustaqim. Tidak diragukan lagi bahwa para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih berhak dengan hal ini dari pada RofidhohOleh Karena itulah para salaf mentafsirkan shirotol mustaqim dengan Abu Bakar dan Umar serta para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan tafsir mereka inilah yang benar."4- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits Irbadh bin Sariyah radhiyallahuanhu:Artinya : "Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rosyidin, pegang eratlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian" (HSR.Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lain-lain)5- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Artinya : "Orang-orang Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan orang-orang Nashrani seperti itu juga. Adapun umat ini terpecah menjadi 73 golongan" didalam riwayat lain disebutkan : "Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan dan umatku terpecah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali satu. Para sahabat bertanya : siapa yang (selamat) itu wahai Rasulullah ? beliau menjawab : (Yang mengikuti aku dan para sahabatku)." (HR.Tirmidzi dengan sanad yang hasan)6- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :Artinya : "Ikutilah jejak dua orang sesudahku : Abu Bakar dan Umar" (HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan selainnya).7- Abdullah bin Mas'ud radhiyallahuanhuseorang sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata : "Barangsiapa yang ingin mencari suri tauladan yang baik maka jadikan yang telah meninggal sebagai suri tauladan, karena yang masih hidup tidak bisa dijamin selamat dari fitnah. Mereka adalah para sahabat Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Mereka adalah semulia-mulianya umat ini, yang paling baik hatinya, yang paling mendalam ilmunya, yang paling sedikit berlebih-lebihan. Mereka adalah sekelompok orang yang Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya serta untuk menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah jasa-jasa mereka dan ikuti jejak mereka serta berpegang teguhlah dengan akhlak serta agama mereka karena mereka berada diatas jalan yang lurus". (Syarah Aqidah Thohawiyah 2/546 oleh Ibnu Abil 'Izzi Al-Hanafi.)8- Imam Al-'Auza'i rahimahullah berkata : "Bersabarlah dirimu diatas sunnah, berhentilah sebagaimana mereka berhenti, dan katakanlah seperti apa yang mereka katakan serta cegahlah dari apa yang mereka cegah. Telusurilah jejak salafush sholeh". (Syarhu ushul I'tiqod ahlis sunnah wal jama'ah 1/154 oleh Al-Lalika'i)9- Imam ahlu sunnah wal jama'ah Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata didalam awal kitabnya ushulus sunnah : "Termasuk prinsip aqidah kita adalah berpegang teguh dengan metode para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam serta mengikuti jejak mereka".10- Ibnu Abil 'Izzi rahimahullah berkata : "Mengikuti para sahabat adalah petunjuk sedangkan menyelisihi mereka adalah kesesatan". (Syarah Aqidah Thohawiyah 2/244)- Bolehkah kita memakai istilah Salafi atau Salafiyah ?Allah swt memerintahkan kita untuk bertanya kepada para ahli ilmu/ulama jika kita tidak mengetahui suatu permasalahan, "Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui". (QS. Al-Anbiya' : 7)- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : "Tidak tercela orang yang menampakkan madzhab salaf dan dia menisbatkan diri kepadanya (Maksud menisbatkan tersebut adalah dengan mengatakan "Salafi", wallahu a'lam) serta berbangga dengan madzhab salaf, bahkan wajib menerima hal tersebut menurut kesepakatan karena tidaklah madzhab salaf kecuali benar". (Majmu' fatawa 4/149)- Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata : "Yang dibutuhkan oleh seorang Al-Hafidz (ahli hadits) adalah ketakwaan, kecerdasan, kepandaian dalam bahasa arab dan nahwu, kesucian hati, pemalu serta menjadi Salafi.". (Lihat Siyar A'lamin Nubala' 13/380. Syaikh Salim Bin 'Ied Al-Hilali hafidzahullahu- berkata dalam kaset ceramah beliau Syarah ushulus sunnah oleh Imam Ahmad bahwa Imam Adz-Dzahabi menyebutkan kata-kata Salafi dalam kitab beliau tersebut lebih dari 200 kali)- Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah pernah ditanya : Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang menamakan dirinya Salafi dan Atsari, apakah in termasuk memuji diri ? Beliau menjawab : "Apabila dia benar-benar Atsari atau Salafi maka tidak mengapa. Hal ini seperti yang pernah dikatakan oleh para salaf dahulu : Fulan Salafi, fulan Atsari. Ini termasuk pujian yang harus dan wajib". (Lihat footnote kitab Al-Ajwibah Al-Mufidah 'an as-ilatil manahij al-jadiidah oleh Syaikh Sholeh Al-Fauzan hafidzahullahu- hal.17)- Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah berkata : "Ahlu sunnah wal jama'ah adalah para salaf sampai generasi terakhir. Barangsiapa yang berada diatas jalannya Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya maka dialah Salafi". (Syarah Aqidah Al-Wasithiyah 1/54.)- Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullahu- berkata : "Salafiyah adalah meniti jejak salaf dari kalangan sahabat, tabi'in dan generasi yang utama baik dalam aqidah, pemahaman, dan akhlak. Dan wajib bagi setiap muslim untuk mengikuti jalan mereka". (Al-Ajwibah Al-Mufidah hal.103-104.)- Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid hafidzahullahu- berkata : "Jadilah engkau sebagai seorang Salafi yang menelusuri jejak salafush sholeh dari kalangan sahabat r.anhum dan yang mengikuti mereka dengan baik dalam permasalahan agama ini seperti tauhid, ibadah dan selainnya". (Hilyah tholibil ilmi hal 28 dengan syarah Syaikh Al-Utsaimin.)- Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali hafidzahullahu- berkata : "Salafiyah adalah menisbatkan diri kepada salaf dan ini adalah nisbat terpuji kepada metode yang benar dan bukan membuat madzhab baru". Beliau juga berkata : "Salafiyah adalah Islam yang murni dari percampuran kebudayaan kuno maupun peninggalan kelompok-kelompok sempalan, yang berdasarkan kepada al-Qur'an dan sunnah serta pemahaman salafush sholeh". (Limadza ikhtartu al-manhaj As-Salafi hal.34.)- Ciri-ciri Salafi sejati :Setelah dijelaskan diatas wajibnya mengikuti manhaj salafush sholeh serta disyariatkan/dibolehkannya menamakan diri sebagai Salafi, maka perlu disebutkan disini ciri-ciri utama seorang yang bisa dikatakan sebagai Salafi, ahli sunnah wal jama'ah, al-firqotun najiyah dan thoifah manshuroh (Lihat perinciannya dalam kitab Irsyadul Barriyah ila Syar’iyyatil Intisab Lissalafiyyah oleh Abu Abdissalam Hasan bin Qosim Al-Husaini as-Salafi Hal. 30-58.) : 1- Menjadikan Al-Qur'an dan sunnah sebagai pedoman hidup dalam segala perkara.2- Memahami agama ini sesuai dengan pemahaman para sahabat terutama dalam masalah aqidah.3- Tidak menjadikan akal sebagai landasan utama dalam beraqidah.4- Senantiasa mengutamakan dakwah kepada tauhid ibadah (Seruan hanya Allah satu-satunya Dzat yang berhak disembah).5- Tidak berdebat kusir dengan ahli bid'ah serta tidak bermajlis dan tidak menimba ilmu dari mereka.6- Berantusias untuk menjaga persatuan kaum muslimin serta menyatukan mereka diatas Al-Qur'an dan sunnah sesuai pemahaman salafush sholeh.7- Menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam bidang ibadah, akhlak dan dalam segala bidang kehidupan hingga merekapun terasing.8- Tidak fanatik kecuali hanya kepada Al-Qur'an dan sunnah.9- Memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari kemungkaran.10- Membantah setiap yang menyelisihi syariat baik dia seorang muslim atau non muslim.11- Membedakan antara ketergelinciran ulama ahli sunnah dengan kesesatan para dai-dai yang menyeru kepada bid'ah.12- Selalu taat kepada pemimpin kaum muslimin selama dalam kebaikan, berdoa untuk mereka serta menasehati mereka dengan cara yang baik dan tidak memberontak atau mencaci-maki mereka.13- Berdakwah dengan cara hikmah. (Diantara makna hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Oleh karena itu dakwah tidak selalu dengan lemah lembut tapi terkadang harus dengan sikap tegas dan keras, semuanya disesuaikan dengan keadaan. (Lihat Ad-Dakwah ilallahu oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Min ma'alimil manhaj an-nabawi fid dakwah ilallahu oleh Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr)14- Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama yang bersumberkan kepada Al-Qur'an dan sunnah serta pemahaman salaf, sekaligus meyakini bahwa umat ini tidak akan menjadi jaya melainkan dengan ilmu tersebut.15- Bersemangat dalam menjalankan Tashfiyah (membersihkan Islam dari kotoran-kotoran yang menempel kepadanya seperti syirik, bid'ah, hadits-hadits lemah dan lain sebagainya) dan Tarbiyah (mendidik umat diatas Islam yang murni terutama dalam bidang tauhid).Kesimpulan :1- Wajib mengikuti pemahaman salaf dalam beragama.2- Disyariatkan/dibolehkan menamakan diri Salafi jika memang memiliki ciri-ciri diatas.3- Salafiyah bukan kelompok seperti jama'ah tabligh, ikhwanul muslimin, hizbut tahrir atau yang lainnya yang memiliki pendiri dan tahun pendirian, tapi Salafiyah hanyalah metode yang berlandaskan kepada pemahaman salafush sholeh dari kalangan sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in yang tidak memiliki pemimpin melainkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam4- Manhaj/metode salaf adalah benar, adapun indiidunya bisa salah bisa benar (tidak maksum).5- Istilah Salafi bukan hal baru dalam sejarah Islam.
Maraji':majalah adz-dzakhirah edisi 20

Saatnya Memahami Islam Dengan Benar

dari www.Muslimah.or.id 19 September, 2007 Penyusun: Ummu ‘Abdirrahman
Muroja’ah: Ust. Subhan Khadafi, Lc.Saudariku, ketahuilah sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah
memilihkan Islam sebagai agamamu.“Sesungguhnya agama (yang haq) di sisi Allah adalah Islam.” (QS.
Ali Imron 19)Dan Allah meridhoi Islam, menyempurnakan, dan melengkapinya untukmu agar engkau dapat meraih
tujuan hidupmu yang utama yaitu beribadah kepada Allah.“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah kuridhoi Islam itu sebagai agamamu.” (QS. Al
Maidah 3)
Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah nikmat terbesar dari berbagai nikmat yang Allah berikan kepada umat ini. Yaitu
Allah telah menyempurnakan untuk mereka agama mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan agama yang lain dan
juga tidak membutuhkan nabi selain nabi mereka, Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena
itulah, Allah menjadikan beliau sebagai penutup para nabi dan menjadikannya pula sebagai nabi yang diutus kepada
seluruh manusia dan jin. Maka tidak ada yang halal melainkan apa yang dihalalkannya dan tidak ada yang haram selain
apa yang diharamkannya serta tidak ada agama yang benar kecuali agama yang
disyari’atkannya.”Engkau Bisa Meraih Nikmat IslamDan saudariku, ketahuilah… engkau belum bisa
mendapatkan nikmat Islam dalam hatimu sampai engkau memahaminya dengan benar. Pegangan utama seorang
muslimah dalam memahami Islam adalah mengikuti Al Quran dan hadits. Allah telah menjamin akan menganugerahkan
keistiqomahan kepada orang-orang yang mengikuti Al Quran, sebagaimana disebutkan tentang perkataan jin dalam Al
Quran.“Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan setelah
Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada jalan kebenaran dan kepada jalan yang
lurus.” (QS. Ahqoof: 30)Allah juga menjamin akan memberikan keistiqomahan kepada para pengikut rasul
sholallahu ‘alaihi wassalam yang disebutkan dalam firmanNya,“Sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy Syu’ara: 52)Realita yang Engkau HadapiPada realitanya,
banyak sekali orang yang mengaku ber-ittiba’ (mengikuti) dan memahami Al Quran dan hadits. Sebagaimana
para filosof dan orang-orang sufi mengatakan, “Kami adalah orang yang ber-ittiba’ terhadap Al Quran dan
hadits dan memahaminya.” Para pengikut filsafat memang mengikuti Al Quran dan hadits, akan tetapi mereka
menjadikan nash-nash Al-Qur’an dan hadits tunduk pada tuntutan akal mereka. Dengan demikian mereka
sebenarnya telah meninggalkan Al Quran dan hadits dan menjadikan akal mereka sebagai Tuhan. Para pengikut sufi
juga mengambil Al Quran dan hadits, namun mereka menjadikan nash-nash keduanya tunduk kepada perasaan mereka.
Dengan demikian mereka pun meninggalkan Al Quran dan hadits dan menjadikan perasaan mereka sebagai
Tuhan.Kedua pemahaman tersebut merupakan contoh bahwa perpecahan telah terjadi pada umat Islam menjadi
bergolong-golong. Mengapa umat Islam bisa berpecah belah? Tidak lain hal ini disebabkan manusia bersandar pada
dirinya dalam memahami Al Quran dan hadits. Namun mereka tidak menyadari pemikiran manusia berbeda-beda dan
tidak seragam. Di samping itu, kemampuan manusia dalam memahami Al Quran dan hadits sangat terbatas. Tidak ada
satu akal pun yang sempurna, demikian juga tidak ada seorang pun yang terlepas dari kesalahan. Sehingga jadilah
manusia berpecah-belah sesuai dengan pemikiran mereka masing-masing.Semua pemahaman dari golongan-golongan
tersebut salah adanya selama meraka masih berpegang pada hawa nafsu yang buruk dalam memahami Al Quran dan
hadits, kecuali orang–orang yang Allah berikan petunjuk. Allah mengancam penyelewengan mereka terhadap Al
Quran dan hadits dengan neraka. “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlul
kitab terpecah menjadi 72 golongan dan umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan. 72 golongan di dalam neraka dan
1 golongan berada di surga.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimi, Ath Thabroni, dll.)Ash Shan’ani
rahimahullah berkata, “Penyebutan bilangan dalam hadits itu bukan untuk menjelaskan banyaknya orang yang
celaka dan merugi, akan tetapi untuk menjelaskan betapa luas jalan-jalan menuju kesesatan serta betapa banyak
cabang-cabangnya, sedangakan jalan menuju kebenaran hanya satu.”Dan orang-orang yang berpecah-belah
karena memahami Al Quran dan hadits dengan hawa nafsu mereka yang menyimpang adalah teman-teman setan yang
mengikuti jalan kesesatan.Dari Ibnu Mas’ud berkata, “Pada suatu hari Rasulullah sholallohu ‘alaihi
wassalam membuat sebuah garis lurus dan bersabda: ‘Ini adalah jalan Allah.’ Kemudian beliau membuat
garis-garis lain di kanan kirinya, dan bersabda: ‘Ini jalan-jalan lain dan pada setiap jalan ini terdapat setan yang
menyeru ke jalan-jalan tersebut.’ Beliau lalu membaca (firman Allah ta’ala): ‘Dan sesungguhnya
inilah jalanKu yang lurus. Oleh karena itu, ikutilah. Janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain yang akan memecah belah
kamu dari jalanNya.’” (QS. Al An’am 153)Lalu, Bagaimana Memahami Islam yang Benar ?Setelah
menilik realita yang ada, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua orang yang belajar Al Quran dan hadits
mendapatkan nikmat Islam dalam hatinya. Hal ini memang merupakan hal yang sangat disayangkan. Semua golongangolongan
dalam Islam tidak akan pernah mendapat nikmat Islam karena tidak memahami Al Quran dan hadits dengan
benar. Lalu, bagaimana memahami Islam yang benar?Wahai saudariku, renungkanlah apa yang engkau baca dengan
lisanmu setiap engkau sholat maka engkau akan mendapatan jawabannya. Sesungguhnya Allah berfirman,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat atas mereka.”
(Qs. Al Fatihah: 6-7)Dari sini, engkau mendapatkan jawabannya, saudariku! Bahwa untuk mendapatkan nikmat Islam
adalah memahami Al Quran dan hadits dengan mengikuti orang-orang yang telah terlebih dahulu mendapatkan nikmat
Islam. Siapakah mereka? Ibnul Qoyyyim berkata, “Siapa saja yang lebih mengetahui kebenaran serta istiqomah
mengikutinya maka ia lebih pantas untuk mendapatkan ash shiraathal mustaqiim (jalan yang lurus).”Syaikh Abdul
Malik Ramadhani menjelaskan bahwa manusia yang paling utama yang telah Allah beri nikmat ilmu dan amal adalah
para shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam, karena mereka mendapatkan petunjuk langsung dari Rasul
Assunnah-Qatar.com-Upaya Menebarkan Sunnah
http://assunnah-qatar.com Menggunakan Joomla! Generated: 25 September, 2007, 12:05
shollallahu ‘alaihi wasallam yang mulia. Dengan demikian penafsiran dan pemahaman merekalah yang paling
selamat. Selain itu, mereka adalah generasi terbaik dari umat ini dalam memahami Al Quran dan hadits serta
mengamalkannya.“Sebaik-baik umat ini adalah generasiku, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka,
kemudian orang yang mengikuti mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi/ HR. Bukhori Muslim)Yang dimaksud dengan
generasiku adalah para shahabat beliau. Generasi orang yang mengikuti para shahabat dalam memahami Al Quran dan
hadits adalah tabi’in dan yang mengikuti tabi’in adalah tabi’ut tabi’in.Para shahabat
merupakan kaum yang dipilihkan oleh Allah untuk menemani nabiNya, dan menegakkan agamaNya.Ibnu Mas’ud
berkata, “Sesungguhnya Allah memandang kepada hati para hambaNya. Dia mendapati Muhammad adalah yang
paling baik hatinya. Lalu Allah memilihnya untuk diriNya dan mengutusnya dengan risalahNya. Kemudian Allah kembali
memandang hati hamba-hambaNya yang lain. Dia mendapati para shahabat adalah orang-orang yang paling baik
hatinya setelah beliau shollallahu ‘alaihi wasallam. Allah lalu jadikan mereka sebagai pembantu NabiNya dan
mereka berperang membela agamaNya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad)Dan pemahaman para shahabat sering juga
disebut manhaj salafus sholih (pemahaman pendahulu yang sholih). Wajibnya Berpegang Teguh pada Manhaj Salafus
SholihKetahuilah saudariku bahwa perpecahan umat menjadi bergolong-golong adalah tercela dan dibenci. Allah
ta’ala berfirman:“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (yaitu) orangorang
yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar Ruum: 31-32)Dan meskipun perpecahan tidak
diridhoi oleh Allah, namun hanya sedikit orang yang bisa selamat darinya. Dan tidaklah seseorang selamat dari bencana
ini kecuali orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam.Rasulullah bersabda yang
artinya: “Orang-orang Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan orang-orang Nashrani seperti itu juga.
Adapun umat ini terpecah menjadi 73 golongan.” didalam riwayat lain disebutkan: “Sesungguhnya Bani
Israil terpecah menjadi 72 golongan dan umatku terpecah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali
satu.” Para sahabat bertanya: “Siapa yang (selamat) itu wahai Rasulullah?” beliau menjawab:
“(Yang mengikuti aku dan para sahabatku).” (HR.Tirmidzi dengan sanad yang hasan)Allah hanya
menginginkan kebaikan dari para hambaNya agar hambaNya kembali kepada kampung halamannya, yaitu surga. Oleh
karena itu, diwajibkan atas seorang hamba untuk menyelamatkan diri dari perpecahan dan berpegang teguh pada jalan
Rasulullah dan para sahabatnya. Rasulullah saw bersabda dalam hadits Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu
yang artinya, “Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rosyidin, pegang eratlah sunnah
tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lain-lain)Allah memuji orangorang
yang mengikuti jejak salaf dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan di dalamnya terdapat perintah akan wajibnya
mengikuti mereka, karena keridhoan Allah tidak mungkin bisa diraih melainkan hanya dengan mengikuti mereka.Allah
ta’ala berfirman yang artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungaisungai
di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-
Taubah: 100)Hidayah untuk kembali kepada Allah dan meraih surga hanya bisa diperoleh lewat jalannya para sahabat
radhiyallahu ’anhum.Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Maka jika mereka beriman kepada apa
yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling,
sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh: 137)Allah mengancam orang yang
durhaka kepada Rasulullah dan menyelisihi kaum mukmin pada zamannya (yaitu shohabat) dengan neraka
jahannam.“Barangsiapa yang mendurhakai Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang
bukan jalan kaum mukmin, Kami biarakan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia
ke dalam jahannam, jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115)Ya Allah…
mudahkanlah kami menempuh jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat atas mereka, yaitu orang-orang yang
memeperoleh hidayah dan istiqomah. Bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, yang hati mereka telah rusak
sehingga mereka menyimpang dari kebenaran meskipun telah mengetahuinya. Bukan pula jalan orang-orang yang sesat
yang tidak memiliki dan tidak mau belajar ilmu agama, sehingga mereka terus-menerus dalam kesesatan dan tidak
mendapatkan petunjuk kepada kebenaran. Amiin….Washollallahu ‘ala Nabiyyi Muhammad wa ‘ala
alihi wa Shahbihi wa sallamRujukan:Sittu Duror Landasan Membangun Jalan Selamat karya Syaikh Abdul Malik
Ramadhani
Membedah Akar Bid’ah karya Ali Hasan Al Halabi Al Atsari
Artikel ‘Sudah Saatnya Meniti Manhaj Salaf’ yang merupakan penjelasan Syaikh Salim bin ‘Id Al
Hilali dalam ceramah beliau dalam Majalah As Sunnah edisi 01/Tahun XI/ 1428H/2007M
Artikel ‘Mengapa Harus Salafi?’ karya Abu ‘Abdirrahman bin Toyyib As Salafi dari situs
salafindo.com
Assunnah-Qatar.com-Upaya Menebarkan Sunnah
http://assunnah-qatar.com Menggunakan Joomla! Generated: 25 September, 2007, 12:05

Muqaddimah

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسناوشيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إلهإلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، صل الله عليه وعلي الهوسلم يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون يا أيها الناس اتقواربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالاً كثيراًونساءً واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيباً يا أيها الذين آمنوااتقوا الله وقولوا قولاً سديداً يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطعالله ورسوله فقد فاز فوزاً عظيماً اما بعد فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة

Sesungguhnya segala puji (hanyalah) bagi Allah, kami memujiNya, kami memohon pertolongan kepadaNya, dan kami memohon ampunan (hanyalah) kepadaNya. kami pun berlindung dari keburukan diri-diri kami dan kejelekan amal-amal kami. barangsiapa yang diberi petunjuk Allah maka tiada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan maka tiada yang dapat menberinya petunjuk. aku bersaksi bahwasannya tiada Ilah -yang berhak disembah- kecuali Allah saja, Yang tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan (sekaligus) utusanNya. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada beliau dan keluarganya.Allah berfirman (yang artinya) : "Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan taqwa yang sebenar-benarnya, janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan islam." [Ali Imraan : 102] "Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dair diri yang satu (Adam), dan daripadanya Allah menciptakan isterinya (Hawa); dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan ) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharaah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasikamu." [An-Nisaa' : 1] "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." [Al-Ahzab : 70-71] amma ba'du : sesunggunya sebenar-benar perkataan adalah kalamullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (perkara baru dalam agama) dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat...